MILENIAL HEBAT BERSAMA AGRIBISNIS MENGUATKAN KEMBALI ICON AGRARIS INDONESIA


Tanggal Unggah : 08/02/2023 Diunggah Oleh : ADMIN 10376

Pemuda sekarang,berani bermimpi tidak ? Orang sukses tentu akan menjawab, saya berani. Semua hal besar selalu berawal dari hal kecil. Mimpi itu seperti sugesti, jika kita punya mimpi maka mimpi itu tanpa kita sadari akan terus berada di alam bawah sadar kita dan membuat kita terus bergerak ke arah yang membuat mimpi itu menjadi kenyataan. Asal kita tetap fokus, terus berusaha dan tidak lupa berdoa maka tidak mungkin mimpi kita tidak kesampaian. Mimpi terbesar saya untuk Indonesia agar menjadi lebih baik adalah tidak ada lagi krisis apapun yang terjadi. Seperti krisis ekonomi, krisis pangan, dll. Tapi, yang paling ditakuti adalah krisis pangan. Mengapa? Karena Indonesia itu merupakan negara yang sangat kaya akan hasil alam, tetapi masih saja ada orang-orang yang kelaparan di luar sana. Pertanian di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, bahkan orang zaman dulu sering berkata, “lempar saja tongkat ke tanah pasti nanti akan tumbuh juga”. Seperti itulah perumpamaan kalau tanah di Indonesia begitu suburnya. Tapi yang terjadi saat ini adalah sebaliknya, banyak petani yang rugi karena sawahnya mengalami kekeringan. Kualitas bibit yang ditanamnya dan kualitas tanah yang digunakannya kurang baik, mungkin karena kurangnya penyuluhan masalah pertanian di pedesaan. Masalah lain yang dialami pertanian Indonesia saat ini adalah kurangnya kepercayaan dari pemerintah atau bahkan masyarakat Indonesia dengan kualitas hasil panen para petani lokal. Padahal menurut saya, kualitas hasil panen petani lokal tentu tidak jauh berbeda dengan kualitas hasil panen luar. Jadi, mengapa mereka tidak diberi kesempatan untuk unjuk gigi di negeri sendiri? Mengapa mereka harus bersaing dengan orang luar di negerinya sendiri? Bukankah ini sebuah ironi? Padahal jelas-jelas,masalah terbesarnya adalah masyarakat kita sendiri. Kurangnya hubungan kuat antara pemerintah dengan masyarakat sehingga sulit terealisasi impian itu. Contoh kecil saja,petani lokal saja kalah saing dengan petani modern. Atas dasar itu pula, tak heran juga dari tahun ke tahun jumlah petani di Indonesia terus menyusut. Dalam kurun waktu 2010 - 2014 berdasarkan data sensus pertanian saja, sudah ada sekitar tiga juta tenaga kerja yang rela keluar dari dunia pertanian. Presiden Joko Widodo pernah mengungkapkan kegelisahannya tentang masa depan dunia pertanian Indonesia, mengingat banyak sarjana pertanian yang justru bekerja sebagai pegawai bank. Banyak para lulusan pertanian yang lintas pekerjaan. Kekhawatiran Presiden Jokowi ini cukup beralasan karena petani punya andil cukup besar dalam ketahanan pangan nasional. Data BPS 2013 bahkan mencatat sekitar 61 persen petani Indonesia berusia di atas 45 tahun. Masih banyak generasi milenial yang menganggap profesi sebagai petani tidak keren dan memiliki masa depan suram dibandingkan profesi lainnya. Direktur Perlindungan Hortikultura Sri Wijayanti Yusuf dalam diskusi dengan Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) di Kampus Universitas Sumatera Utara, beberapa bulan lalu menekankan pentingnya peran mahasiswa di sektor hortikultura. Hortikultura merupakan sektor menjanjikan untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, mulai dari komoditas sayur, buah, tanaman hias dan tanaman obat. Melalui ini,bukan hanya peran petani dan pemerintah saja,para pemuda hebat kita pun harus ikut andil. Dengan beberapa inovasi yang ciptakan seperti misalnya Duta Agraris Indonesia. Namun,duta ini tidak berfokus hanya pada mahasiswa saja melainkan boleh juga untuk anak SMA. Mengapa ? agar anak SMA juga mengenal bagaimana kondisi agraris saat ini dan apa yang harus diciptakan. Sehingga inovasi baru dapat diciptakan. Dengan ini,kita dapat sedikit demi sedikit menanamkan kembali rasa kecintaan kita kapada keagrarisan Indonesia. Menunjukkan kepada dunia keberadaan negara agraris kita kembali. Harus kita meminimalisir hal-hal di luar nalar seperti impor beras. Lucu bukan? Ya,tentu. Kita mendapatkan keuntungan menjadi negara agraris terbesar tapi malah memilih impor beras. Yang kedua,pemerintah harus secara maksimal berkoordinasi dengan semua petani di Indonesia. Agar penyaluran bantuan dan koordinasi dapat merata. Pemerintah harus menciptakan badan kantor pertanian di setiap desas secara merata hingga desa atau kampong terpencil,agar petani-petani lokal dapat bekerja sama dengan badan yang berhubungan. Cara ini pula,dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi lulusan pertanian sehingga meminimalisir masalah lintas pekerjaan tadi. Pemerintah juga menciptakan sosial media yang memudahkan semua orang untuk mengaksesnya dengan “Agricultural Center” sehingga masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya secara media online dengan terbuka dan jujur. Diharapkan pula pemerintah dapat meningkatkan sosialiasasi merata baik offline maupun online tadi kepada para petani. Sehingga para petani di seluruh Indonesia bisa mendapatkan ilmu dan praktek pertanian dengan lebih dalam dan rinci. Hal ini bertujuan menciptakan petani Indonesia yang cerdas,kerja mawas,modern dan berkualitas. Sehingga hasil pertanian kita mampu bersaing lebih ketat dengan negara-negara lain. Sedikit inovasi ini,diharapkan dapat didengar oleh pemerintah Indonesia agar menciptakan dan menguatkan kembali pertanian Indonesia. Banyak para petani terutama di desa ini merengek bantuan pemerintah yang merata. Jasa petani lah yang mampu membuat kita bertahan hidup hingga sekarang. Daftar pustaka Ismail,EH.2019.Kemajuan Pertanian Di Tangan Generasi Muda. https://www.republika.co.id/berita/psd1ne453/kemajuan-pertanian-di-tangan-generasi-muda (diakses kamis,22 September 2022)

Penulis : Regina

Hallo Sobat Smansa !!

Telah hadir Layanan Konsultasi (Chatting Only) melalui WhatsApp atau kirim email ke sma.1.alas@gmail.com