"Kisah keran air"
Alkisah, ada seorang anak yang hidup secara sederhana bersama bapaknya.
Sedari kecil bapaknya mendidik dengan cukup keras. Tak pernah absen sehari pun beliau memberikan naseha kepada permata hatinya. Meski petuah yang diberikan kerap kali dipandang remeh-temeh oleh sang anak.
"Nak, jika pulang dari sekolah lepas sepatu kemudian tata dengan rapi di rak sepatu".
"Nak, saat melihat ada jemuran jatuh jangan dibiarkan begitu saja. Jika kering ambilah, jika masih basah jemurlah kembali".
"Nak, jika ada lampu menyala dan tidak sedang digunakan, maka padamkanlah lampu itu".
"Nak, jika ada keran air terbuka mengalir airnya tanpa ada yang memakai, maka tutuplah keran airnya.
Petuah-petuah sepele itu terus menggema bahkan meski si anak sudah jemu mendengarnya.
Suatu hari si anak yang sudah beranjak dewasa hendak melamar pekerjaan pada suatu perusahaan dengan gaji yang lumayan besar dan jenjang karir yang bagus.
Tahap demi tahap seleksi telah selesai diikuti dengan lancar hingga saatnya seleksi wawancara.
Dalam ruangan HRD terlihat banyak pelamar lain yang duduk mengantri wawancara.
Sesaat si anak duduk dalam ruangan tersebut, dia melihat sebuah keran air terbuka dan mengalir airnya. Tanpa pikir panjang, dia menutupnya dengan rapat dan ia kembali duduk di ruang HRD tersebut.
"Inilah orang yang kami tunggu-tunggu selama ini"
"Orang yang selalu berbuat baik dan memperhatikan hal kecil"
"Orang yang memiliki inisiatif baik dalam karakter dan kepribadiannya"
Tak disangka, tiba-tiba pimpinan HRD berdiri dan membicarakan si anak tersebut.
Berbekal nasehat serta arahan yang selalu diberikan oleh ayahnya, ia mendapat kemudahan dalam menggapai mimpinya di perusahaan tersebut.
Semoga kisah yang dibawakan dalam amanat upacara oleh Bapak Martopo, S. Si. pada Senin, 23 Oktober 2023 menyadarkan peserta didik bahwa arahan, nasehat, atau perintah yang diberikan oleh guru meskipun hal kecil dan selalu diulang adalah memiliki harapan yang baik.